Kumpulan
Rumus ( Dasar Kelistrikan)
Berikut
ini merupakan rumus-rumus dasar kelistrikan
yang
pernah didapatkan dalam perkuliahan dasar
Ilustrasi
|
Untuk menulis rumus-rumus dibawah
ini saya menggunakan media penulisan rumus online http://www.codecogs.com/,
yaitu dengan mengklik equation editor (atau sesuai dengan kebutuhan).
1. Tegangan, arus, dan resistansi (Hukum Ohm)
V = IR
Ket : V=
Tegangan, I= Arus R=Resistansi (Tahanan)
2. Resistansi dan resistivitas
Ket : R = Resistansi(Ω) , ρ =
Resistivitas (m Ω) , A= Luas penampang (m^2)
3. Muatan,
arus, waktu
Q = It
Ket : Q= Muatan, I =
arus, t = waktu
4. Daya, arus, tegangan
P = IV
Ket : P=Daya, I=arus, V=Tegangan
5. Daya, Tegangan, dan Resistansi
6. Daya,
arus, resistansi
7.
Reluktansi, dan Permeabilitas
8. Fluks, dan
kerapatan Fluks
B = Φ/A
Ket : B =Kerapatan Fluks, Φ = Fluks total (Weber), A = Luas
medan magnet (m^2)
\
9. Arus, dan intensitas medan magnetik
Ket : H = gaya pemagnetan, N= Jumlah
lilitan, I= arus, ��= panjang jalur magnetik
1 10. Fluks, arus,
dan reluktansi
NI = SΦ
Arus Listrik
1. Arus pada Daya Nyata (P)
Line to netral/ 1 fasa
I =
P / (V x Cos Ø)
Line to line/ 3 fasa
I = p / (√3 x V x Cos Ø)
2. Arus pada Daya Semu (S)
Line to netral/ 1 fasa
I = S / V
Line to line/ 3 fasa
I = S / (√3 x V)
3. Arus pada Daya Reaktif (Q)
Line to Netral / 1 fasa
I = Q / (V x Sin Ø)
Line to line / 3 fasa
I =
Q / (√3 x V x Sin Ø)
Ket :
I
= Arus (Ampere)
P
= Daya Nyata (Watt)
S
= Daya Semu (VA)
Q
= Daya Reaktif (VAR)
V
= Tegangan (Volt)
Cos φ = Faktor daya
Sin φ = Faktor
daya
Arus Nominal
Untuk menentukan kemampuan hantar
arus suatu penghantar yang mensuplai peralatan listrik, terlebih dahulu harus
diketahui besarnya arus nominal dari peralatan tersebut, yang biasanya
arus nominal sudah tertera pada name plate pada peralatan tersebut. Jika tidak
tertera pada name plate-nya maka kemampuan hantar arus dari suatu penghantar
dapat dicari dengan rumus dibawah ini, rumus ini digunakan untuk menentukan
arus nominal dari peralatan yang digunakan sistem tiga fasa :
I =
P / (√3 x V x Cos Ø)
Ket :
I = Arus peralatan (Ampere)
P = Daya masukan peralatan
(Watt)
V = Tegangan (Volt)
Cos φ = Faktor daya
Arus Hubung-singkat Kejut
Arus Hubung-singkat dapat merusak
instalasi karena:
- Pengaruh Termis, Kalau arus hubung-singkatnya berlangsung terlalu lama, kabel-kabelnya akan menjadi terlalu panas, sehingga isolasinya menjadi rusak.
- Pengaruh Dinamis, Arus Hubung-singkat kejut dapat merusak instalasi karena gaya-gaya elektro-dinamis yang ditimbulkan. Arus hubung-singkat kejut ini hanya berlangsung singkat sekali.
Arus Hubung-singkat Kejut Pada Beban
L-L
Ls – b = k x (100 / Ub) x ln x √2
Arus Hubung-singkat Kejut Pada
Jaringan L-L
Ls – j = k x (100 / (Ub + Uj)) x ln x √2
Ket :
Is-b
= Arus hubung-singkat pada beban (Ampere)
Is-j
= Arus hubung-singkat pada jaringan
(Ampere)
In
= Nilai efektif arus beban
nominalnya (Ampere)
k
= Faktor kejut; untuk
suatu instalasi, faktor ini dapat ditentukan secara eksperimental.
Ub
= Rugi tegangan dalam generator atau
transformator (Beban) pada arus beban nominal dinyatakan sebagai
persentase dari tegangan terminal terbuka nominalnya (%).
Uj
= Rugi tegangan pada arus beban
nominal di bagian jaringan yang dihubungkan singkat, dinyatakan sebagai
persentase dari tegangan terminal terbuka nominal dari generator
atau transformator (%)
Penghantr Tiap Detk.
I = Q / t
I → Kuat Ars Listrk ( Ampre )
Q → Jumlah Muatn ( Coulob )
t → Waktuu ( Detk )
Rumus elektronika dasar : Daya → Usah PerSatuan Wakt.
P = W / t
P = Dayya ( Wattt )
W = Usaaha ( Joulee )
t = Wakttu ( Detiik )
Hambattan Jenis → Hambataan Yang Terdapatt Pada Pengantar Tiapp
Satu Satuaan Panjangg.
ρ = R . A / L
ρ = Hammbatan Jenis ( Ohmm )
R = Hambatann ( Ohhm )
A = Luas Penammpang Penghantarr ( m2 )
L = Panjangg Penghantaar ( m )
Hambataan Pada Suautu Kawat Penghanntar Tergantungg Pada :
a. Luas Pennampang Penghantaar.
b. Panjangg Penghantarr.
c. Hambbatan Jeniss.
R = ρ . L / q
ρ = Hambattan Jenis ( Ohmm )
R = Hambataan ( Ohm )
q = Luas Penammpang Penghantaar ( mm2 )
L = Panjangg Penghantarr ( m )
Hambattan Listrikk → Hambatann Yg Terjaddi Pd Rangkaiian Listrik.
HUKUM OHMM.
Besarnyya Hambatan Listriik ini Sebandding Dg Beeda Potensialnya
( VOLT ), Sertta Berbanding Terbbalik Dg Kuaat Arusnya.
R = V / I
I = V / R
V = I . R
Impedannsi → Jumlah Hambbatan Secara Veektor Pd Rangkkaian Arus
Bolaak – Baliik / AC.
1. Impeddansi Rangkaian Seeri R & L : Z = √ R2 + XL2
2. Impedanbsi Rangkaian Serri R & C : Z = √ R2 + XC2
3. Immpedansi Rangkaian Serii R – L & C : Z = √ R2 + ( XL – XC ) 2
Rumus Elektronika Dasar: Kapasitaas Kapasitor → Perbaandingan Antara Bessarnya Muatan
Salahh Satu Kepinng Kapasitoor Dg Bbeda
Potensiial Antar Kepping – Keping tssb.
C = q / V
C = Kappasitas Kalor ( Couulomb / Volt )
q = Muattan ( Coullomb )
V = Bedda Potensial ( VOOLT )
Reaktansii Induktif → Hambbatan Yg Ditiimbulkan Oleh Kuumparan /
Indukttor Pd Aruus Bolak-Ballik ( AC )
XL = ω.L
XL = 2.π.f.L
ω = 2.π.f
Reaktansi Kapasitif → Hambatann Yg Ditimbbulkan Oleh Kappasitor Pd
Aruus Bolakk – Balik.
XC = 1 / ω.C
XC = 1 / 2.π.f.C
ω = 2.π.f
Rangkaian seri dan paralel
Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya
Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut rangkaian seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran atau rangkaian kombinasi).
Resistor
Rangkaian seri
Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan tiap- tiap
komponen (resistor).
Rangkaian paralel
.
Jumlah kebalikan hambatan total rangkaian paralel sama dengan jumlah dari
kebalikan hambatan tiap- tiap komponen (resistor)
Didalam sebuah rangkaian campuran, sebagian di antara
resistor-resistor ada yang terhubung secara seri sedangkan lainnya terhubung
secara pararel. Untuk menghitung
nilai Rt pada rangkaian seri-pararel tersebut, carilah
kelompok-kelompok resistor yang semuanya terhubung secara seri atau yang
semuanya terhubung secara pararel.
Gambarkan kembali rangkaian itu, dengan menggantikan tiap-tiap kelompok resistor menjadi sebuah resistor ekivalen. Secara bertahap, sederhanakanlah rangkaian tersebut hingga menghasilkan sebuah Rt atau tahanan akhir tunggal.
Contoh soal:
Berapakan nilai Rt atau tahanan ekivalen rangkaian campuran resistor dibawah ini?
Gambarkan kembali rangkaian itu, dengan menggantikan tiap-tiap kelompok resistor menjadi sebuah resistor ekivalen. Secara bertahap, sederhanakanlah rangkaian tersebut hingga menghasilkan sebuah Rt atau tahanan akhir tunggal.
Contoh soal:
Berapakan nilai Rt atau tahanan ekivalen rangkaian campuran resistor dibawah ini?
Penyelesaian:
Pada gambar diatas tahanan-tahanan 56 Ω dan 33 Ω terhubung secara pararel, kemudian hubungan pararel ini dihubung seri dengan tahanan 47 Ω.
Buat tahanan ekivalen Rt1 untuk hubungan pararel tahanan 56 Ω dan 33 Ω, dengan rumus pararel
1/Rt = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + · · · · · · + 1/Rn, maka
1/Rt1 = 1/56 + 1/33
1/Rt1 = 89/1848
89Rt1 = 1848
Rt1 = 1848/89
Rt1 = 20,8 Ω
Hubungan pararel tahanan 56 Ω dan 33 Ω dapat digantikan dengan tahanan ekivalen sebesar 20,8 Ω . Penyederhanaan ini menghasilkan dua buah tahanan yang terhubung secara seri, yaitu 20,8 Ω dan 47 Ω.
Nilai tahanan ekivalen rangkaian seri ini, sesuai rumus seri
Rt = R1 + R2 + R3 + · · · · · · + Rn, maka
Rt = 20,8 + 47
Rt = 68,7 Ω
Sehingga diperoleh Rt atau sebuah tahanan ekivalen sebesar 67,8 Ω
Pada gambar diatas tahanan-tahanan 56 Ω dan 33 Ω terhubung secara pararel, kemudian hubungan pararel ini dihubung seri dengan tahanan 47 Ω.
Buat tahanan ekivalen Rt1 untuk hubungan pararel tahanan 56 Ω dan 33 Ω, dengan rumus pararel
1/Rt = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + · · · · · · + 1/Rn, maka
1/Rt1 = 1/56 + 1/33
1/Rt1 = 89/1848
89Rt1 = 1848
Rt1 = 1848/89
Rt1 = 20,8 Ω
Hubungan pararel tahanan 56 Ω dan 33 Ω dapat digantikan dengan tahanan ekivalen sebesar 20,8 Ω . Penyederhanaan ini menghasilkan dua buah tahanan yang terhubung secara seri, yaitu 20,8 Ω dan 47 Ω.
Nilai tahanan ekivalen rangkaian seri ini, sesuai rumus seri
Rt = R1 + R2 + R3 + · · · · · · + Rn, maka
Rt = 20,8 + 47
Rt = 68,7 Ω
Sehingga diperoleh Rt atau sebuah tahanan ekivalen sebesar 67,8 Ω
Tidak ada komentar:
Posting Komentar